Pascal Struijk: Bek Fleksibel Keturunan Indonesia yang Diam-Diam Jadi Pilar Bertahan Leeds United

Kalau lo demen pemain muda yang tenang, gak banyak gaya, tapi punya IQ bertahan tinggi dan bisa ditempatin di banyak posisi, Pascal Struijk tuh template-nya. Bukan tipe yang sering trending, tapi penting banget buat kestabilan tim.

Dia bukan jebolan akademi top macam Ajax, bukan juga transfer mahal. Tapi sekarang? Struijk jadi salah satu pemain paling konsisten di skuad Leeds United, bahkan sempat digadang-gadang masuk radar timnas Belanda—dan yes, dia juga punya darah Indonesia, yang bikin fans Tanah Air auto ngarep.


Awal Karier: Gak Dipilih Ajax, Tapi Ditempa Diam-Diam oleh Leeds

Pascal lahir 11 Agustus 1999 di Deurne, Belgia, tapi besar di Belanda. Dia sempat masuk akademi Ajax, tapi gak lanjut ke tim utama. Bukan karena gak bagus, tapi Ajax punya stok bek tengah berlimpah.

Akhirnya, Struijk pindah ke Leeds United di tahun 2018—waktu itu masih main di Championship. Di sinilah titik baliknya. Di bawah pelatih legendaris Marcelo Bielsa, Struijk tumbuh jadi pemain yang paham taktik tinggi dan punya skill distribusi bola dari belakang.

Awalnya dia main di Leeds U-23, tapi pelan-pelan mulai naik kelas ke tim utama. Apalagi sejak Leeds promosi ke Premier League 2020, dia langsung dapat peran lebih besar. Gak pake drama, gak pake hype—cuma kerja keras dan disiplin.


Gaya Main: Defender Modern yang Kalem Tapi Kuat

Struijk itu bukan bek yang “bar-bar” ngejar bola. Dia tipe yang:

  • Tenang banget saat lawan pressing
  • Punya visinya bagus saat bangun serangan dari belakang
  • Bisa main sebagai CB kiri, LB, bahkan DMF
  • Tinggi besar (190cm), tapi tetep lincah dan punya kontrol bola rapi

Yang bikin dia beda: decision-making-nya rapi. Dia gak gampang panik, tahu kapan harus tekel, kapan cukup shadowing. Gaya mainnya kadang disebut-sebut mirip Vertonghen atau Laporte versi muda.


Versatilitas: Senjata Leeds di Tengah Krisis Cedera

Salah satu nilai plus paling besar dari Pascal Struijk? Bisa ditempatkan di mana aja. Ketika bek kiri cedera? Dia isi. Ketika gelandang bertahan absen? Dia bisa nutup. Dan semua itu dijalanin tanpa ngeluh.

Di musim 2021–22 dan 2022–23, dia sering banget disuruh jadi bek kiri emergency, dan tetap tampil oke. Meski bukan posisi idealnya, dia tetap stabil, disiplin, dan kadang malah bikin perbedaan lewat overlap sederhana yang gak maksa.

Buat pelatih, pemain kayak gini tuh emas: fleksibel, ngerti taktik, dan gak nyusahin sistem tim.


Statistik yang Gak Bohong

Di musim 2022–23 di Premier League (meski Leeds akhirnya degradasi), Struijk jadi salah satu pemain dengan:

  • Rata-rata tekel dan intersep tinggi per game
  • Akurasi passing bagus untuk ukuran bek
  • Duel udara kuat, terutama saat bola mati
  • Paling sering disuruh nutup ruang di sisi kiri

Dan di musim 2023–24 di Championship, dia tetap lanjut jadi pilar utama Leeds. Gak kaget sih, banyak fans yang bilang dia sebenarnya pantas tetap main di level Premier League.


Timnas Belanda vs Timnas Indonesia: Perang Harapan Netizen

Struijk pernah dipanggil ke skuad sementara Timnas Belanda U-17 dan U-20, tapi belum debut resmi di level senior. Nah, karena dia punya darah Indonesia, banyak fans Indonesia berharap dia bisa dinaturalisasi dan main buat Garuda.

Sayangnya, sejauh ini belum ada sinyal kuat dari Struijk sendiri buat ganti federasi. Tapi tetap, namanya sering masuk daftar “pemain diaspora yang diincer PSSI”. Dan kalaupun gak kejadian, tetap aja: fans Indo bakal ngikutin kariernya terus.


Masa Depan: Siap untuk Lonjakan Karier?

Leeds gagal promosi musim lalu, tapi Struijk tetap tampil konsisten. Beberapa klub Premier League bahkan dikabarkan minat boyong dia, apalagi dengan harga yang masih tergolong terjangkau.

Dan kalau dia terus berkembang, gak nutup kemungkinan bisa masuk radar Timnas Belanda senior. Apalagi mereka juga lagi proses regenerasi dan butuh bek tengah yang bisa main progresif dari belakang.

Struijk punya semua tools buat jadi starter di klub top Eropa. Tinggal nunggu waktu dan momentum yang pas buat pindah ke level berikutnya.


Kesimpulan: Pascal Struijk, Si Bek Kalem Serba Bisa yang Siap Melesat Diam-Diam

Pascal Struijk itu tipe pemain yang gak bikin headline, tapi pelatih mana pun pasti pengen punya dia. Dia mungkin gak selebrasi lebay, gak banyak gaya, tapi lo bisa lihat dari caranya main: penuh kontrol, penuh akal, dan siap kerja keras.

Dengan umur masih 24 tahun, jalannya masih panjang. Entah lanjut setia bareng Leeds, atau naik kelas ke klub besar, satu hal jelas: dia punya bekal lengkap buat jadi bek top Eropa dalam 2–3 tahun ke depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *